Terjadi bentrok berdarah di Laweung kabupaten Pidie, masalah pembebasan Lahan pabrik semen menurut serambi (http://aceh.tribunnews.com/2016/07/30/laweung-bergolak) membaca berita tersebut timbul rasa prihatin yang mendalam dalam pikiran, pembangunan di daerah Aceh memang berjalan amat sangat lambat, banyak proyek dikerjakan bertahun tahun,ditempat lain hanya butuh 1 tahun proses pembangunan contoh Latos squre Langsa, belum lagi sebelum dibangun telah ditolak oleh masyarakat seperti pembangunan jalan play over simpang Surabaya Banda Aceh, kemudian pembebasan lahan untuk pabrik semen di Laweung ini belum dibagun sudah bermasalah adalagi sudah dibangun lalu bermasalah tidak dapat dipergunakan contoh pasar kreung kukuh setelah dibagum ditolak masyarakat untuk digunakan. Bagi penulis untuk memulai membangun sebuah proyek di Aceh ini kalau mau berhasil tuntas maka tidak cukup hanya lulus Amdal, kemudian lulus kelayakan proyek, kemudian tersedia uang, hal yang paling penting dilakukan sebelum melakukan proyek pembangunan adalah mengadakan pendekatan dengan masyarakat, mengadakan musyawarah, mengambil hati masyarakat serta melibatkan masyarakat, proses melibatkan masyarakat ini sangat penting bagi terlaksanya sebuah proyek di Aceh, karena sifat dan tingkah laku orang aceh agak berbeda dalam menerima pembangunan dan pembaharuan. Oleh karena itu untuk menghindari kejadian kejadian konflik sossial seperti di laweung dalam pembangunan perlu dilibatkan ilmuan sosial, yang akan bisa memberi pendekatan yang berbeda dalam memberi pemahaman kepada masyarakat. Peran ilmuan sosial belum maksimal dimanfaatkan dalam mendukung pembangunan dikawasan Aceh dewasa ini.