Media sosial menjadi sarana bagi pendukung pasangan calon peserta pilkada 2017 untuk merebut simpati masyarakat. Setelah ditetapkan secara sah oleh KPU pasangan calon yang resmi dinyatakan sebagai peserta pemilu 2017. Sebagai penguna media sosial tentu saja kita mulai merasakan aliran status peserta pilkada maupun para pendukung yang mulai berusah mempengaruhi kita untuk mendukung mereka atau mendukung jagoaan mereka. Apakah para peserta mampu menampilkan status-status certas yang mampu menarik perhatian kita, atau malah status status saling menjelekan pasangan peserta lain ?
Status peserta pemilu 2017 untuk menarik perhatian kita mulai muncul di media sosial. Status mulai rame dan silih berganti dihalam sosial media kita. Sampai hari ini rasanya saya masih dijejali oleh status status yang berbau kurang sedap . Melihat status dari peserta dan para pendukung kadang kadang saya tersenyum pahit, rasa takut dari balasan komen yang saling meyerang, ada unsur penistaan yang membuat marah serta hal hal yang menimbulkan aura negatif setelah membaca satus mereka.
Media sosial bukan ajang perang bagi pasangan peserta pemilu, media sosial dihuni dari anak anak hingga kakek nenek, jadi tolonglah sedikit santun dan berikomen yang wajar. Jangan sertakan gambar memei yang pulgar karena banyak anak anak masih dibawah umru dimedia sosial. Media sosial bukan tempat berlaku kasar dalam update satus atau ketika memebrikan komen. Hindari saling ejek antar peserta atau antar pendukung sehingga media sosil tidak ikut ikut panas gegara pilkada 2017.
Cerdaslah dalam update status sehingga saya tertaik untuk memilih anda, buatlah status yang membuat saya akan ingat selalu anda. Jadi jangan buat status konyol apalagi mengancam di media sosial itu menunjukan anda tidak dewasa dalam berdemikrasi mungkin anda dulunya hanyalah seorang preman yang suka mengancam.
Status peserta pemilu 2017 untuk menarik perhatian kita mulai muncul di media sosial. Status mulai rame dan silih berganti dihalam sosial media kita. Sampai hari ini rasanya saya masih dijejali oleh status status yang berbau kurang sedap . Melihat status dari peserta dan para pendukung kadang kadang saya tersenyum pahit, rasa takut dari balasan komen yang saling meyerang, ada unsur penistaan yang membuat marah serta hal hal yang menimbulkan aura negatif setelah membaca satus mereka.
Media sosial bukan ajang perang bagi pasangan peserta pemilu, media sosial dihuni dari anak anak hingga kakek nenek, jadi tolonglah sedikit santun dan berikomen yang wajar. Jangan sertakan gambar memei yang pulgar karena banyak anak anak masih dibawah umru dimedia sosial. Media sosial bukan tempat berlaku kasar dalam update satus atau ketika memebrikan komen. Hindari saling ejek antar peserta atau antar pendukung sehingga media sosil tidak ikut ikut panas gegara pilkada 2017.
Cerdaslah dalam update status sehingga saya tertaik untuk memilih anda, buatlah status yang membuat saya akan ingat selalu anda. Jadi jangan buat status konyol apalagi mengancam di media sosial itu menunjukan anda tidak dewasa dalam berdemikrasi mungkin anda dulunya hanyalah seorang preman yang suka mengancam.
0 comments:
Post a Comment